22 Mei 2008

Pohon Rezeki

(Artikel ini sudah tayang di pembelajar.com pada 17 Maret 2008)

Pembaca…
Teman saya seorang dokter gigi bercerita, klinik tempat dia selama ini bekerja bangkrut.Syukurnya praktek teman saya itu tidak harus ikut gulung tikar karena apotek di sebelah klinik menawarkan pada dia dan teman sejawat yang lain untuk praktek di sana.Tapi karena bentuknya hanya sebuah apotek,maka untuk private practice dia harus menyediakan peralatan sendiri.
Teman saya bingung.Membeli dental unit (kursi pemeriksaan gigi) dalam waktu yang mendesak akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.Karena itulah ketika mendengar pemilik klinik lama akan menjual dental unitnya, segera saja teman saya ini mengajukan diri sebagai pembelinya.Cuma dia minta diberi keringanan agar bisa mengangsur uang pembelian beberapa bulan ke depan.Permintaannya ternyata ditolak. Sepertinya pemilik klinik sedang benar-benar butuh uang sehingga tidak bisa memberi kredit.

Beberapa hari kemudian,di klinik muncul seorang dokter gigi lain yang pernah bekerja di klinik sewaktu klinik mulai berdiri.Beliau ini dulu mengundurkan diri karena tidak sabar membina pasien yang masih satu dua, juga tidak tahan dengan klinik yang memotong biaya perawatan gigi yang terlalu besar.Beliau mengaku datang ke klinik karena dimintai tolong oleh pemilik klinik untuk menjualkan dental unit yang menurut beliau sudah rusak tersebut.

Beliau ini sempat berbicara dengan teman saya , waktu itu dia berandai-andai bagaimana kalau misalnya yang membeli dental unit itulah yang berhak untuk praktek di tempat yang baru?Teman saya langsung menyanggahnya.”Aturan dari mana itu?”kata teman saya waktu itu. “ Siapapun boleh membeli dental unit itu, tapi yang praktek ditempat yang baru tetap saya. Tidak ada hubungannya dengan yang membeli unit” Ujar teman saya mempertahankan prinsipnya. “ Kan bisa saja,” kata dia” Misalkan saja yang membeli dental unit keponakan pemilik klinik,bisa saja kan pemilik klinik bernegosiasi dengan pengelola apotek agar ponakannya diizinkan praktek di apotek?

Pembaca….
Saat itu perasaan teman saya sudah tidak enak.Dia sudah dapat merasakan dokter yang baru muncul ini tidak bermaksud mencari pembeli untuk dental unit itu.Tapi dialah yang ingin memilikinya dan dia juga sekaligus menginginkan tempat praktek teman Saya yang pasiennya sudah cukup banyak.Dia ingin memanfaatkan kesempatan ditengah ketidakmampuan teman saya membeli dental unit saat itu.

Dugaan teman saya benar. Ternyata dental unit milik klinik itu akhirnya jatuh ke tangan dokter gigi yang baru datang ini dan teman saya juga mendengar dia mulai kongkalikong dengan orang-orang tertentu agar bisa mengambil tempat praktek teman saya di apotek dengan alasan teman saya tidak punya unit. Dia sepertinya begitu berusaha keras mengambil alih karena dia tahu di apotek nanti tidak ada potongan-potongan biaya lagi seperti yang dialaminya waktu masih bekerja di bawah klinik.

Teman sejawat lain yang mendengar ini geleng-geleng kepala. Mereka kemudian kompak dan bertekad akan menolong teman saya agar dia bisa segera memiliki unit sebelum tempatnya diserobot orang lain.Tapi Subhanallah pembaca, sebelum mereka sempat menolongnya,di saat paling genting, Suami teman saya itu mendapat rezeki yang tidak terduga dari proyeknya.Dan dia bisa membelikan istrinya dental unit yang harganya tiga kali lipat dari dental unit yang lama yang ditawarnya secara kredit itu. Adapun orang yang bermaksud menyingkirkan teman saya itu pergi membawa dental unitnya yang rusak itu entah kemana. Saya kira bila dia masih waras, mestinya dia malu sudah menganggap orang-orang disekitarnya tolol karena tidak bisa membaca niat buruknya. Dan malu juga karena sudah meremehkan teman saya.

Pembaca…
Saya selalu percaya, setiap orang punya pohon rezekinya masing-masing.Pohon rezeki yang sudah ditakdirkan tuhan menjadi milik seseorang bahkan sebelum dia lahir.Pohon rezeki itu buahnya hanya bisa dipetik oleh orang yang memang punya pass word untuk mengaksesnya. Dan yang punya itu hanya pemiliknya atau orang lain yang sudah diizinkan pemiliknya untuk ikut menikmatinya. Jadi percuma saja bila kita mati-matian mencoba untuk memetik buah itu dengan galah,karena pasti pohonnya sendiri tidak akan melepas buahnya.Kalaupun kita berhasil mengambilnya, pasti di tangan kita buah yang kelihatan ranum itu berubah menjadi busuk dan berulat.Jangan juga pernah mencoba memanjat batangnya, karena bisa saja anda terpeleset dan jatuh..Atau bila anda memaksa juga merampok pohon rezeki orang lain, anda bisa berakhir di penjara.

Menurut Saya, dari pada kita repot-repot mengurusi pohon orang lain yang pasti tidak akan pernah menjadi milik kita, lebih baik kita mengurus pohon kita sendiri.Mungkin sekarang kita masih punya batang pohon yang kurus dan kurang gizi,daun yang kuning dan kering atau buah yang kecil-kecil dan kecut, tapi kalau kita rajin menyirami dan memupuknya, pohon rezeki kita suatu saat bisa juga berbuah ranum dan menjadi kebanggan kita.

Kemudian jangan lupa kalau kita juga memerlukan orang lain untuk membuat pohon kita lebih cepat tinggi dan lebih banyak berbuah.Karena orang yang banyak berhubungan dengan orang lain rezekinya akan lebih banyak dan luas.Jadi sudahkah Anda ikhlas mengurus pohon rezeki Anda sendiri dan tidak iri dengan pohon orang lain? (YL).