22 Mei 2008

Batuk Lama tidak Selalu TBC

Ibu Ambar memasuki kamar praktek dokter sambil menggandeng tangan kedua putra kembarnya. Dokter heran, kedua anak itu sama sekali tidak terlihat sakit. Tatapan mata mereka tajam dan tingkahnya pun ceria. Si Abang langsung melompat ke tempat tidur siap diperiksa. Sedangkan Si Adik menarik tangannya sambil cekikikan. Sekali-kali terdengar keduanya terbatuk-batuk dengan lendir yang bergemuruh ditenggorokan.

” Ini lho dok, anak-anak saya sudah kangen lagi sama dokter. Batuknya kambuh lagi. Sudah hampir sebulan hilang timbul terus. Ayahnya anak-anak sampai pusing mendengar batuk anak-anak yang bersahutan setiap malam. Ayah mereka khawatir jangan-jangan anak-anak terkena TBC karena batuk mereka sepertinya tidak sembuh-sembuh. Padahal sudah minum bermacam-macam obat batuk tapi sepertinya tidak ada yang mempan” Ibu Ambar langsung bercerita panjang lebar tentang penyakit anaknya.
”Nafsu makan mereka bagaimana bu?” tanya dokter.
”Bagus dok”
Dokter memeriksa putra Bu Ambar satu per satu. Begitu selesai dokter tersenyum kepada Bu Ambar yang menunggu dengan cemas.
“Tidak usah khawatir Bu! Apa ada keluarga ibu yang alergi?”
“Saya sering gatal-gatal kalau makan udang dok.Ayah saya juga menderita asma”
Dokter mengangguk-angguk.
“Kalau begitu, batuk anak-anak ibu kemungkinan besar disebabkan oleh alergi , bukan TBC”
***

Batuk adalah reflek dari tubuh untuk mengeluarkan benda-benda yang menghambat saluran nafas berupa lendir atau benda asing lainnya. Normalnya semua orang memiliki reflek batuk. Batuk merupakan mekanisme pertahanan alami tubuh agar fungsi pernafasan berjalan baik. Batuk tidak normal lagi bila berlanjut berkepanjangan dan sudah dirasakan sebagai gangguan.

Batuk lama adalah gejala batuk yang berlangsung lebih dari dua minggu berturut-turut.Di Indonesia bila ditemui pasien dengan batuk cukup lama dan menetap, sebaiknya dipikirkan kemungkinan batuk karena TBC atau batuk karena alergi.

Batuk karena Alergi

Alergi terjadi bila tubuh bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak. Bahan-bahan yang menyebabkan alergi tersebut disebut alergen. Bakat alergi pada seseorang merupakan turunan. Bila salah seorang orang tua alergi, risiko menurun pada anak-anaknya mencapai 25 - 30%. Risikonya akan meningkat menjadi 60 – 70% bila kedua orang tua penderita alergi.

Batuk alergi pada anak-anak terutama disebabkan makanan seperti es, coklat, kacang tanah,tomat atau makanan ringan yang banyak mengandung pengawet dan penyedap rasa. Penyebab lain bisa asap rokok, kapuk, debu rumah,karpet dan binatang peliharaan. Pada anak yang terkena alergi, saluran nafasnya menyempit, bengkak dan produksi lendirnya banyak.

Ciri khas pada batuk alergi ini adalah sering muncul atau bertambah parah pada malam atau menjelang pagi, terjadi saat cuaca dingin, dahak yang keluar berwarna putih, bening dan cair. Tidak disertai demam atau pilek dan tidak menular.

Bila sudah punya riwayat keluarga alergi, baik alergi pada kulit, pilek di pagi hari, asma atau bentuk alergi lainnya, sebaiknya rumah kita bebas dari alergen-alergen penyebab batuk. Jangan sampai ada anggota keluarga yang merokok. Kalau perlu tidak usah sediakan asbak di meja tamu supaya tamu mengerti rumah kita bebas rokok. Pilihlah kursi dari bahan kulit yang licin sehingga mudah dibersihkan dari debu. Karpet juga tidak usah yang tebal dan berbulu, cukup yang terbuat dari pandan atau bahan lain yang mudah dicuci supaya anak tidak menghirup debu selama dia bergulingan di karpet sambil menonton televisi. Selain itu perabot rumah juga harus dilap dari debu setiap hari.

Bila anak-anak suka ngemil, sebaiknya pilihkan camilan yang tidak mengandung pengawet, penyedap rasa atau pewarna. Hindari es dan jajanan yang banyak mengandung coklat. Di rumah sebaiknya juga tidak ada binatang peliharaan yang berbulu.
Alergi tidak dapat dihilangkan.Tetapi frekwensi kekambuhannya dapat dijarangkan dan beratnya keluhan dapat dikurangi. Mencari alergen penyebab sangat penting dalam rangka pencegahan dan pengobatan. Untuk itu bisa dilakukan pemeriksaan uji kulit dan meneliti riwayat penyakit. Sekali ditemukan maka kita bisa menghindari alergen tersebut.

Batuk karena TBC

Tampilan anak batuk lama karena TBC jauh berbeda dengan anak alergi. Mereka umumnya kurus, lemah, lesu, nafsu makannya kurang. Berat badannya juga susah naik. Mereka terlihat lebih kecil dibanding teman-teman sebayanya. Selain itu harus ada riwayat kontak dengan penderita TBC karena penyakit ini didapatkan dengan cara penularan, bukan diturunkan seperti alergi. Batuk yang mereka derita tidak timbul di saat-saat tertentu saja.Dan tidak dicetuskan oleh alergen tertentu.

Konsensus nasional TB anak IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia} 2002 membuat alur deteksi dini dan rujukan TB pada anak sebagai berikut. Seorang anak dicurigai menderita TB bila: ada riwayat kontak dengan penderita TB sputum BTA positif, reaksi cepat BCG (timbul kemerahan di lokasi suntikan dalam 3-7 hari setelah imunisasi BCG), berat badan turun tanpa sebab yang jelas, atau berat badan kurang yang tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi, demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas, batuk lebih dari 3 minggu, pembesaran kelenjar limfe superficial yang spesifik, skrofuloderma, konjungtivitis fliktenularis, tes tuberculin yang positif (> 10 mm), dan gambaran foto rontgen sugestif TB.

Bila ditemukan 3 gejala atau lebih, maka seorang anak dianggap menderita TB dan harus mendapatkan obat anti tuberculosis (OAT). Selanjutnya anak diobservasi selama 2 bulan. Bila keadaannya membaik maka OAT diteruskan,tapi bila tetap atau memburuk harus dirujuk ke rumah sakit.

Jadi, kalau anak anda menderita batuk lama, jangan langsung mengira dia mengidap TBC. Bisa saja dia mengidap alergi yang diturunkan dari anda.(YL).