22 Mei 2008

"Enterobacter Sakazakii" Siapa Takut?

(Pikiran Rakyat 6 Maret 2008)

Dalam dua pekan terakhir ini, para orang tua yang anaknya masih mengonsumsi susu formula dibuat resah oleh informasi hasil penelitian yang menyebut adanya sejumlah produk susu formula yang tercemar kuman Enterobacter sakazakii. Sebagian langsung memutuskan untuk tidak memberi susu formula lagi pada bayinya. Sebagian lagi, dengan terpaksa tetap memberi susu formula kepada anaknya.
Seperti yang diungkapkan Sri (30), ibu dari bayi berusia 2 bulan. "Sejak lahir, bayi saya hanya minum susu formula karena ASI saya tidak keluar. Kalau sekarang harus distop susunya, bayi saya mau minum apa? Apalagi selama ini tidak ada masalah. Jadi, meskipun waswas,saya terpaksa meneruskan saja konsumsi susunya," kata Sri terbata-bata.

Lain Sri, lain pula Yasmin (25), bayinya yang baru berusia 4 bulan langsung diberikan bubur buatan sendiri setelah terdengar kabar tercemarnya susu formula. Padahal, sebelumnya Yasmin berencana baru akan memberikan makanan padat pada bayinya setelah berumur 6 bulan. "Apa boleh buat," ujar Yasmin. "Daripada bayi saya minum susu tercemar, lebih baik saya beri bubur buatan sendiri saja. Mau beli susu dari luar mahal. Apalagi usianya sudah memungkinkan untuk diberi bubur".

Tak timbulkan penyakit

Sebenarnya, Enterobacter sakazakii bisa ditemukan di lingkungan hidup sehari-hari seperti di air, tanah, saluran pembuangan, dan di sayur-sayuran. Sebagian bahkan bisa ditemukan pada manusia atau hewan. Akan tetapi, kuman ini tidak menimbulkan penyakit. Hanya pada keadaan tertentu saja dapat berubah dan menyebabkan penyakit pada manusia, terutama saat daya tahan tubuh menurun.

Bakteri Enterobacter sakazakii ditemukan pertama kali di Jepang. Bakteri ini memang tergolong berbahaya dan hidup di usus. Bakteri ini bisa menimbulkan berbagai gangguanpencernaan seperti diare pada anak. Akan tetapi, yang paling dikhawatirkan, bisa menyerang otak bayi sehingga menyebabkan penyakit radang selaput otak (meningitis) . Hal ini disebabkan pengaruh toksin yang dihasilkannya.

Koloni Enterobacter sakazakii tidak hanya menyebabkan mencret atau demam ringan serta meningitis. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat,bakteri ini bisa juga memicu kelumpuhan, kelainan limpa, dan hambatan proses tumbuh kembang anak. Risiko serius terutama menimpa bayi yang lahir prematur atau bayi berbobot rendah. Risiko tinggi juga mengancam bayi yang baru lahir.

Walaupun hasil penelitian yang sedang heboh saat ini menyebutkan susu produksi dalam negeri yang tercemar, tidak menutup kemungkinan susu dari luar juga ada yang sudah terkontaminasi. Hal ini perlu diwaspadai karena kasus pencemaran makanan bayi oleh kuman ini pernah dilaporkan terjadi di Jerman, Selandia Baru, dan negara-negara lain. Bahkan pada 2002, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) melaporkan, ada 14 persen dari 114 produk makanan dan susu bayi tercemar Enterobacter sakazakii.

Mungkin ada satu pertanyaan yang mengganjal pikiran kita, mengapa hanya susu atau makanan bayi yang tercemar? Mengapa tidak makanan untuk dewasa juga?

Hal ini terjadi akibat perbedaan saat pengolahan dan pemrosesan makanan. Pada susu dan makanan bayi setelah dipasteurisasi, makanan tidak dipanaskan lagi seperti makanan untuk dewasa karena akan merusak struktur protein dalam susu. Jadi, bakteri pada susu dan makanan bayi tidak mati. Selama dalam kemasan, Enterobacter sakazakii mengalami fase "tidur". Kuman ini baru aktif lagi bila sudah keluar dari kemasan dan siap disajikan.

Ada beberapa faktor yang yang menyebabkan kuman ini menjadi aktif, seperti air yang digunakan tidak bersih, peralatan makan yang tidak disterilkan dulu, atau membiarkan susu berlama-lama di dalam botol sebelum diminum bayi karena kontak yang lama dengan udara ruangan bisa memicu aktifnya kuman ini.

Sumber kontaminasi kuman ini bisa berasal dari bahan baku susu (susu mentah), kontaminasi dari bahan tambahan setelah pasteurisasi atau kontaminasi saat pembuatan. Sementara kondisi bakteri yang bisa menyebabkan penyakit targantung nilai gizi bahan makanan, suhu, waktu, dan jumlah bakteri yang mencemari makanan atau susu. Enterobacter sakazakii tumbuh cepat pada suhu 37-44 derajat Celsius dan bisa bertahan sampai suhu 60 derajat Celsius.

Meskipun Enterobacter sakazakii ditemukan di sejumlah makanan, tetapi cuma pada keadaan tertentu saja kuman ini dapat menimbulkan infeksi seperti pada bayi pengguna susu
formula, bayi lahir dengan berat badan di bawah normal, bayi usia satu bulan ke bawah bahkan risiko masih muncul untuk bayi usia di bawah satu tahun. Bisa juga terjadi pada bayi yang ibunya mengidap HIV. Selain itu, jeda antara penyiapan susu dan konsumsi terlalu lama dan susu yang sudah disiapkan tidak disimpan di lemari pendingin.

Pencegahan

Seberapa pun bahayanya kuman Enterobacter sakazakii, kita tidak perlu takut kerena banyak yang bisa kita lakukan agar terhindar dari infeksi kuman ini. Dr. Chistine J. Taylor dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) merekomendasikan pencegahan terhadap Enterobacter sakazakii.

Pertama, buat susu dalam jumlah sedikit sehingga tidak terlalu lama menunggu sebelum diminum. Kedua, jangan terlalu lama disimpan pada suhu kamar atau di kulkas. Paling baik tentu saja jangan disimpan karena pada suhu kamar bakteri akan tumbuh. Ketiga, jangan terlalu lama disimpan di tas tangan, terutama bagi ibu-ibu yang biasa memberikan susu formula kepada bayinya saat bepergian. Usahakan sudah diminum dalam waktu 4 jam.

Selain rekomendasi di atas, ada beberapa hal lain yang bisa dilakukan untuk pencegahan seperti mencuci tangan sebelum mengolah makanan. Kalau menyiapkan susu atau makanan bayi, gunakan air mendidih baru kemudian didinginkan sesuai temperatur konsumsi karena kuman Enterobacter akan mati pada suhu di atas 60 derajat Celsius apalagi bila menggunakan air mendidih.

Cuci semua peralatan untuk membuat susu seperti botol, dot, dan sikat botol dengan air mengalir, kemudian rebus botol dalam air mendidih selama 5-10 menit. Susu formula harus diberikan sesuai takaran yang dianjurkan di label. Saat membeli susu juga harus diperhatikan tanggal kadaluwarsanya. Pastikan kaleng atau kotaknya masih utuh dan tidak rusak. Saat membuka kotak, perhatikan bungkus aluminiumnya. Bila bungkus aluminiumnya sudah kempis berarti kemasannya sudah tidak bagus lagi. Kemungkinan susu sudah terkontaminasi semakin besar. Selain itu, jangan tergiur dengan bonus-bonus yang ditaruh di dalam kotak karena ini bisa saja menjadi sumber penularan bakteri pada susu.

Lepas dari semua pencegahan di atas, tetap saja bahwa daya tahan tubuh anak sangat menentukan apakah dia akan terinfeksi atau tidak. Karena bila daya tahan tubuh anak bagus, dia akan sulit untuk terinfeksi. Jadi mulai sekarang, bila Anda masih punya bayi yang mengonsumsi susu formula, tidak usah takut. Lanjutkan saja pemberian susunya, asalkan dengan cara seperti disarankan di atas.(YL)