22 Mei 2008

Dekat di Mata Dekat di Hati

Vani dan Lana adalah dua orang gadis kecil berumur lima tahun.Mereka bertetangga dan bersekolah di TK yang sama.Ibu mereka juga sama-sama bekerja. ibu Vani bekerja di sebuah Bank sedangkan ibu Lana seorang pengacara.Suatu hari Lana bertandang ke rumah Vani dengan wajah sangat gembira.Jelas sekali ada sesuatu yang sangat berarti yang ingin disampaikannya kepada sahabatnya itu.

“ Van…,tahu nggak mamaku ada di rumah.Sudah dua hari “ ,ucap Lana senang.Matanya berbinar-binar.
“ Memangnya mama kamu sudah berhenti kerja?” Tanya Vani.
Lana menggelengkan kepalanya.
“ Nggak, mamaku sakit . Tahu nggak Van,aku senang mamaku sakit jadi bisa selalu di rumah” Ucap Lana tidak perduli.
Vani menatap Lana dengan iri.
“ Kalau begitu mamaku juga mau disuruh sakit.Biar bisa di rumah terus” Ujarnya sambil berbalik pergi. Sering kita tidak menyadari, betapa anak-anak memendam kerinduan untuk selalu berdekatan dengan kita orang tuanya.Slogan jauh dimata dekat di hati ternyata tidak berlaku untuk anak-anak.Yang mereka tahu yang sayang pada mereka adalah orang yang selalu ada dekat mereka.Orang yang selalu datang paling dulu saat mereka membutuhkan.Jika sering pergi, berarti kita tidak peduli pada mereka.Percuma kita selalu menyebut I love you, mama papa sayang kamu setiap kita meninggalkan mereka karena yang mereka perlu bukan kata-kata.Tapi sikap, tindakan yang dapat mereka lihat dan dapat mereka rasakan dengan hati.

Inilah dilema ibu bekerja zaman sekarang .Seperti makan buah si malakama.Kalau bekerja,harus kehilangan cinta si buyung. Kalau tidak bekerja , siapa yang membantu suami mengebulkan asap dapur?

Sebagian besar anak-anak yang ibunya bekerja full time, kehilangan figur ibu-ibu mereka.Saat melek pagi hari, ibu sudah berangkat.Saat tidur malam hari, ibu belum pulang.Mau makan disuapi si mbak,mau mandi dimandikan si mbak.Saat ke sekolahpun si Mbak yang mengantarkan.Lalu salahkah anak kita bila menjadikan Mbaknya sebagai idola? Lalu salah siapa bila ada kitapun si upik lebih lengket dengan si Mbak?

Sesungguhnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bisa mencurahkan kasih sayang pada anak seberapapun sibuknya kita. Jika tidak egois, ibu bekerja masih bisa menyusui bayinya. Mengucapkan selamat pagi di saat anak bangun di pagi hari.Menyempatkan diri menanyakan keadaan di sekolah dan mengusapkan kepalanya di saat menjelang tidur.

Hanya kecintaan pada diri sendiri sudah mengalahkan rasa cinta kita pada anak. Kita lebih takut pada kemarahan atasan,dibandingkan rasa takut kita karena tidak mengemban amanah pada anak kita. Kita bekerja keras agar bisa berinvestasi untuk masa depan, tapi menyia-nyiakan investasi cuma-cuma yang diberikan tuhan pada kita,anak-anak kita.

Maka tinggallah tatapan kosong haus kasih sayang dari anak-anak kita. Dia menunduk mengalihkan pandangan saat melihat anak lain dibelai dan dipeluk karena rasa iri yang membuncah di dadanya. Tong kasih sayangnya kosong melompong.Dia meranggas kekeringan. Hati kecilnya selalu bertanya,adakah aku berarti bagi mama?kenapa aku diacuhkan?

Sehebat apapun orang yang dititipi anak kita, yang didambakannya sebenarnya hanyalah kita. Tapi penolakan yang selalu kita sodorkan kehadapannya, memaksa dia beralih mencari tumpuan kasih sayang lain yang dapat mengisi batinnya yang kosong.

Mulut kecilnya tidak pernah mampu meminta kita untuk tinggal.Seperti tak mampunya dia untuk mengerti kenapa kita harus selalu pergi.

Tidak salah bila ibu memilih bekerja, tapi itu juga berarti harus mau menanggung lelah yang sangat, kerja yang lebih berat dan waktu istirahat yang tidak seberapa karena saat pulang bekerja masih harus mengisi pundi-pundi kasih sayang anak. Kita harus tetap perhatian mendengar celotehnya meskipun mata sudah terasa berat.

Kita harus mendampinginya mengulangi pelajaran, meskipun tulang belulang sudah sakit minta diistirahatkan.

Kita harus tetap memberikan senyum terbaik saat mengantarnya keperaduan meskipun kepala sudah sulit untuk ditopang.

Berikan padanya pelukan penuh cinta.

Persembahkan padanya ciuman paling mesra.

Bisikkan padanya betapa kita mencintainya,bukan dengan bibir tapi dengan segenap perasaan kita.

Isilah seluruh batinnya setiap malam dengan kasih sayang sebagai tanda maaf karena kita terpaksa harus meninggalkannya.(YL}