22 Mei 2008

Cara Tepat Mendampingi Anak Belajar

Mendampingi anak-anak belajar adalah tugas rutin yang harus dilakukan orang tua terutama ibu. Tanpa disadari tugas ini sebenarnya sama pentingnya dengan tugas memasak,mencuci atau tugas-tugas rumah tangga lainnya karena hal ini menunjukkan seberapa besar perhatian kita pada anak dan seberapa besar keinginan kita untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialaminya selama proses belajar di sekolah.
Ibu Mimin (40}, seorang dokter gigi, ibu dari dua orang anak mengaku selalu berusaha menyisihkan waktu diantara jam-jam prakteknya untuk mendampingi kedua putranya belajar.Karena usia yang jauh berbeda antara putra pertama (SMA) dan putra kedua (SD),cara mendampinginya juga berbeda. Untuk putra pertamanya dia sudah tidak pernah mendampingi lagi secara fisik. Bentuk perhatiannya pada pelajaran putra pertamanya ini cukup dengan menanyakan kejadian yang dialami anaknya di sekolah hari itu atau melihat apa yang sedang dilakukan bila anaknya tersebut sedang mengerjakan tugas.

“ Suami saya lebih sering terlibat mengajari anak saya yang besar karena suami saya lebih mengerti pelajaran-pelajaran SMA,” kata Ibu Mimin yang suaminya seorang sarjana Teknik itu. Lain halnya dengan anak kedua, “ Saya harus duduk disampingnya bila dia mengerjakan pekerjaan rumah .Dia suka mogok belajar kalau tidak ada saya . Mungkin karena anak paling kecil, jadi agak kolokan”, ujar ibu yang terlihat lebih muda dari usianya ini..

Lain lagi dengan ibu Wahyu (36), ibu tiga anak yang dua diantaranya masih SD ini mengatakan dia jarang mendampingi anaknya belajar. Kesibukannya mengelola warung dan mengasuh anak terkecil yang berusia 3 tahun, membuat waktunya habis tersita. Sehingga tidak punya waktu lagi untuk mendampingi anak-anaknya belajar..”Mereka lebih sering belajar di rumah temannya,” kata Bu Wahyu yang mengaku prestasi anaknya di sekolah biasa-biasa saja ini.

Mendampingi anak belajar juga diakui ibu Kiki (39) sebagai kegiatan rutinnya setiap hari waktu anak-anaknya masih duduk di bangku SD kelas 1 sampai kelas 3.”Tapi sekarang sudah tidak terlalu ditunggui lagi seperti dulu”.Ibu Kiki mengatakan,anaknya yang tertua, sekarang SMP kelas 2, sudah bisa belajar sendiri.”Saya hanya ikut serta kalau dia bertanya” Ujar Ibu Kiki yang bekerja di sebuah Bank swasta ini.”Anak kedua yang sekarang sudah kelas 4 SD juga mulai saya lepas pelan-pelan.Supaya dia mulai belajar mandiri”.Ibu Kiki mengakui kepulangannya dari kantor yang terlambat sering menjadi penghalang rutinitasnya mendampingi anak-anaknya belajar.

Ibu Dra. Hj. Sri Yenawati Psi, dosen psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati Bandung mengatakan, dalam mendampingi anak belajar orang tua harus memperhatikan beberapa hal.Pertama, karakteristik anak. Orang tua harus tahu karakteristik anak yang didampingi karena cara mendampingi anak belajar tidak bisa sama rata.Anak-anak dalam satu keluarga saja tidak sama cara pendampingannya.Apalagi dari keluarga yang berbeda. Ada anak yang ingin didampingi terus orang tuanya.Tapi ada juga yang malah merasa risih bila ada orang tua di sampingnya. Biasanya anak yang tidak ingin didampingi terus adalah anak dengan kemandirian yang tinggi, dia sudah memahami kewajibannya untuk belajar sehingga tanpa disuruhpun dia akan belajar.Cara pendampingan anak seperti ini cukup dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai bentuk perhatian. Tak perlu pendampingan secara fisik. Lain halnya dengan anak yang kurang mandiri, umumnya mereka membutuhkan pendampingan orang tua secara fisik, anak seperti ini bisa mogok belajar bila tidak didampingi.Perlu usaha yang keras dari orang tua untuk menanamkan padanya bahwa belajar itu menyenangkan dan salah satu bentuk tanggung jawab anak, orang tua tidak mungkin terus berada disampingnya.Selain itu orang tua juga harus lebih sabar menghadapi anak-anak seperti ini karena mereka biasanya harus dibujuk atau mendapat support dulu supaya mau belajar. Kalaupun mau belajar biasanya terlihat ogah-ogahan sehingga sering memancing emosi orang tua.
Kedua , k.arakteristik orang tua. Pada anak-anak yang masih harus didampingi orang tua secara fisik, karakteristik orang tua ini sangat penting untuk diperhatikan karena ini sangat menentukan suka atau tidaknya seorang anak didampingi.Kalau orang tua berpembawaan keras,maka harus bersikap sedikit lembut saat mengajari supaya anak merasa nyaman dan tidak takut .Kalau orang tua berpembawaan terlalu lembut, juga harus bisa bersikap lebih tegas,agar anak tidak bertele-tele dan mau disiplin. ”Jadi orang tua yang harus menyesuaikan diri dengan karakter anak dalam pendampingan belajar. Agar anak selau merasa nyaman” Ujar Psikolog yang juga penanggung jawab Program Pembelajaran Khusus komunitas homeschooling cabang Jakarta ini.

Ketiga , kecerdasan anak. Anak yang cerdas pada umumnya tidak terlalu memerlukan pendampingan secara fisik, kalaupun didampingi biasanya hanya dalam bentuk kesiapan orang tua dalam menjawab pertanyaan yang diajukannya. Dalam pemberian materinya lebih baik bervariasi agar tidak cepat bosan dan menantang daya imajinasi atau kreatifitasnya.Lain halnya untuk anak yang daya tangkapnya agak kurang, orang tua sebaiknya memberikan materinya sedikit demi sedikit dengan pengulangan instruksi secara perlahan. Jadi harus lebih sabar mengajari dan mencari cara yang kreatif agar anak cepat mengerti apa yang dipelajari. Pemahaman pelajaran mungkin harus diulang beberapa kali sampai anak benar-benar mengerti dan anak merasakan dengan keuletan dia akan berhasil.

Terpenting dari kesemuanya adalah stimulasi pemberian materi atau rangsangan yang tepat sesuai dengan kemampuan anak, pemberian reinsforcement (penguat) yang tepat berupa pengakuan dan penghargaan untuk meningkatkan motivasi belajarnya, penciptaan suasana yang menyenangkan,nyaman dan bersahabat, agar anak terbiasa untuk bisa menghadapi dan menyelesaikan atau memecahkan setiap permasalahan, hingga anak dapat merasakan dengan kesungguhan, keberanian dan kegembiraan semua dapat diatasi. Pengalaman, situasi dan metode ini akan terbentuk dan tertanam pada diri anak yang bisa menentukan pengkondisian belajar di tingkat sekolah selanjutnya.

Keempat, umur anak. Anak-anak SD kelas 1 dan 2 pada umumnya membutuhkan pendampingan yang lebih banyak dibandingkan kakak mereka. Hal ini disebabkan karena mereka sedang berada dalam masa peralihan dari belajar di TK yang banyak bermain dengan proses belajar di SD yang lebih serius dan sistematis. Melalui pendampingan yang tepat diharapkan anak-anak ini bisa merasa lebih nyaman dalam belajar. Untuk anak-anak yang lebih besar, porsi pendampingan bisa dikurangi sedikit demi sedikit.Biasanya ditingkat SMP anak sudah bisa belajar mandiri.

Mendampingi anak belajar bukan berarti kita mengerjakan pekerjaan rumah anak kita. Bila dia tidak mengerti tentang mate-matika misalnya, kita bisa membantunya membuka lagi bab yang menerangkan hal itu di buku paket kemudian memberinya contoh penyelesaian beberapa soal. Setelah mengerti, biarkan dia mencoba mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri. Baru setelah itu diperiksa lagi apa dia sudah mengerjakan dengan benar atau belum. Jangan terperangkap untuk duduk disampingnya terus saat dia mengerjakan tugasnya karena itu akan membuatnya belajar memanipulasi kita atau dia tidak konsentrasi belajar kalau tidak ada kita.

Ross Campbell,M.D. Dalam bukunya How to Really Parent Your Child mengatakan, memang sulit mendampingi ketika anak tidak melakukan seperti yang kita harapkan.Namun kita tidak bisa mengintervensi dan mengambil tanggung jawab untuk pekerjaan rumah anak kita karena itu berarti kita merampok anak dalam pelajaran penting yang harus dipelajari secara pribadi dan individual.Hal itu membuat anak tetap kekanakan saat dia belajar tanggung jawab pribadi.Kita harus mengurangi menungguinya sedikit demi sedikit setiap hari, membiarkan anak lebih banyak mengambil tanggung jawab terhadap tugas pribadinya.

Mungkin disaat kita melepas anak untuk belajar sendiri akan membawa dampak dengan menurunnya nilai-nilai disekolah, tapi itu tidak masalah kerena ada manfaat lain yang jauh lebih besar yang kita dapatkan. Apalah artinya nilai turun sedikit dibandingkan tanggung jawab yang kita ajarkan pada mereka. Lagipula kita tidak akan mampu mendampingi mereka terus bukan? (YL).