22 Mei 2008

Keajaiban Darah Tali Pusat

(Pikiran Rakyat 24 Februari 2008)

Darah tali pusat (umbilical cord blood ) bisa digunakan untuk terapi, karena mengandung stem cell (sel induk) yang mampu memproduksi sel-sel darah baru seperti sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah. Stem cell juga mampu memperbaiki sistem kekebalan tubuh sampai menggantikan jaringan yang rusak
Nina (25 ), ibu muda yang baru saja mengetahui dirinya hamil, duduk dengan gelisah di ruang praktik dokter. Hatinya mendua, di satu sisi dia bahagia akan menjadi calon ibu. Tapi, di sisi lain dia amat takut terhadap kemungkinan bayinya menderita kelainan. Penyakit kelainan darah turunan yang menimpa keluarga saudara kandungnya, telah memengaruhinya secara psikis.

"Bukannya saya tidak mau hamil, dok. Dua dari tiga putri kakak saya menderita talasemia, mereka harus transfusi darah dua kali setiap minggunya. Saya khawatir anak saya nanti seperti itu juga. Saya melihat sendiri beban yang ditanggung kakak saya baik moril maupun materiil. Sepertinya berat sekali," ujar Ny. Nina sambil menyusut air matanya.

"Jangan terlalu khawatir, Bu . Kan belum tentu anak ibu mengalami hal yang sama. Apalagi sekarang sudah ada terapi canggih untuk talasemia," kata dokter berusaha menghibur.

Wajah Ny. Nina mendadak cerah, "Terapi apa Dok?" ujarnya
antusias.
"Terapi dengan darah tali pusat. "
"Lho, kok bisa ya, Dok?" kata Ny. Nina heran.
"Ya, sekarang sudah bisa Bu, asalkan waktu lahir darah
tali pusat anak ibu diambil dan disimpan di bank tali
pusat," ujar dokter menerangkan.
(Pikiran Rakyat 24 Februari 2008)

Selang setengah jam kemudian Ny. Nina kelihatan semangat bertanya segala hal tentang darah tali pusat, yang disebut dokter sebagai terapi masa depan itu. Terapi untuk
penyakit-penyakit yang selama ini sulit untuk disembuhkan.

"Stem cell"
Dari zaman dahulu sudah tersebar mitos bahwa sisa tali pusat bayi yang dikeringkan, bisa dipergunakan untuk mengobati pemiliknya bila sedang sakit parah. Keluarga yang percaya pada mitos itu, sampai sekarang masih banyak yang mengeringkan dan menyimpan sisa tali pusat anak-anak mereka. Saat anak sakit, tali pusat itu direndam dengan air hangat, lalu air bekas rendamannya diminumkan pada anak. Entah benar tali pusat kering itu yang mujarab atau tidak, tetapi nyatanya anak-anak itu memang sembuh setelah minum air rendaman tali pusat mereka sendiri.

Baru 1963, lewat penelitian kedokteran terungkap, yang bisa dipergunakan untuk mengobati penyakit bukan tali pusatnya, tetapi darah yang diambil dari tali pusat itu beberapa saat setelah bayi dilahirkan.

Darah tali pusat (umbilical cord blood )bisa digunakan untuk terapi, karena mengandung stem cell (sel induk) yang mampu memproduksi sel-sel darah baru seperti sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah. Stem cell juga mampu memperbaiki sistem kekebalan tubuh sampai menggantikan jaringan yang rusak.

Stem cell merupakan sel yang belum terspesialisasi, namun mempunyai kemampuan berkembang biak tanpa batas menjadi sel jenis lain. Kemampuan tersebut, memungkinkan stem cell memperbaiki kerusakan tubuh dengan menyediakan sel-sel baru untuk memperbaiki kelainan tersebut.

Sebenarnya, stem cell bisa dibagi menjadi dua jenis yaitu stem cell embrionik (embryonic stem cell) dan stem cell dewasa ( haemopoietic stem cell). Darah tali pusa termasuk stem cell dewasa. Selain dari darah tali pusat, stem cell dewasa bisa didapat dari sumsum tulang dan darah tepi. Hanya saja, pengambilan stem cell dari darah tali pusat lebih disukai, karena berisiko lebih kecil dan tidak menyakiti penderita. Selain itu, stem cell dari darah
tali pusat mempunyai kemampuan proliferasi (pertumbuhan dan pertambahan sel) yang tinggi. Tingkat kecocokan pencangkokan stem cell darah tali pusat juga lebih baik dibandingkan dengan stem cell yang berasal dari sumsum tulang

Pengambilan stem cell embrionik dilakukan dengan mengambil stem cell yang berasal dari embrio (jabang bayi) yang sudah meninggal dunia, kebanyakan dari hasil aborsi. Cara ini sudah tidak dilakukan lagi, karena banyak menimbulkan kontroversial karena alasan etika.

Pencangkokan darah tali pusat pertama kali dilakukan pada anak penderita anemia fanconi di Paris 1988. Kelainan itu berupa penyakit keturunan yang menyerang sumsum tulang belakang, sehingga menyebabkan penurunan produksi semua jenis sel darah. Dengan pencangkokan stem cell ke tulang belakang, produksi sel-sel darah dapat normal kembali. Keberhasilan pencangkokan itu memberi peluang baru dalam pemanfaatan darah tali pusat yang sebelumnya tidak diketahui.

Menurut National Marrow Donor Program (NMDP) USA, sampai saat ini stem cell yang terkandung di darah tali pusat, sudah bisa mengobati 72 penyakit seperti kanker,
kerusakan pada sumsum tulang belakang, kelainan pada darah, dan penyakit yang berhubungan dengan metabolisme tubuh. Selain itu, metode ini sedang diteliti kemampuannya untuk mengobati penyakit jantung, cedera pada tulang belakang, stroke, lever, dan diabetes.

Metode pengobatan ini dilakukan dengan mentransplantasika stem cell ke organ yang rusak. Sesuai sifatnya, stem cell akan berkembang menjadi sel baru sehingga bisa memperbaiki jaringan yang sudah rusak tersebut. Banyaknya stem cell yang ditransplantasi, disesuaikan dengan berat badan penderita. Setiap kilogram berat badan dibutuhkan
sekitar 15 juta - 20 juta stem cell.

Kelebihan terapi dengan stem cell adalah mengurangi risiko penolakan oleh tubuh dan menurunkan risiko penularan waktu terjadi pencangkokan.

Selain itu, yang memanfaatkan stem cell tersebut tidak hanya pemiliknya, tetapi juga bisa digunakan oleh saudara kandung dan orang tua, asalkan mempunyai kecocokan dalam
struktur gen dan golongan darah. Bila dimanfaatkan oleh saudara kandung, tingkat kecocokannya mencapai 50 – 70%. Sedangkan bila digunakan orang tua , kecocokannya hanya
25—50%

Cara pengambilan dan penyimpanan

Bila berminat menyimpan darah tali pusat anak di bank tali pusat, saat kehamilan berlangsung sudah harus mendaftarkan diri ke bank tali pusat. Setelah menandatangani kontrak, akan dibekali kit pengambilan darah yang berisi kantong darah, tabung untuk menyimpan darah ibu, dan alat untuk mengambil darah. Kit tersebut diserahkan kepada dokter
kandungan yang membantu persalinan. Bank tali pusat bisa dihubungi 24 jam. Mereka akan mengatur pengambilan, pengiriman, dan pemrosesan darah tali pusat dengan
segera.

Darah tali pusat diambil tepat beberapa saat setelah proses kelahiran bayi. Tali pusat yang terhubung dengan plasenta (ari-ari) diklem dan dipotong. Dokter akan mengambil darah sekitar 22,5 ml dari tali pusat, kemudian disimpan dalam kantong steril. Di dalam 22,5 ml darah
yang diambil tersebut bisa didapat sekitar 800 juta stem
cell.

Setelah dikirim ke bank tali pusat, proses selanjutnya adalah memeriksa terlebih dulu kondisi darah ibu yang diambil bersama darah tali pusat. Bila sudah tercemar
oleh bibit penyakit seperti AIDS, cytomegalovirus atau hepatitis, proses penyimpanan darah tali pusat tidak dilanjutkan. Stem cell disimpan di ruang pengawetan dalam tabung nitrogen cair yang bersuhu minus 196 derajat celcius di cord blood bank (bank darah tali pusat).

Selama penyimpanan di bank tali pusat, dilakukan pemantauan kondisi stem cell secara perodik agar mutunya selalu terjaga. Penyimpanan bisa dilakukan selama pemilik darah tali pusat menginginkannya. Dengan teknologi kedokteran yang canggih, populasi stem cell di bank tali pusat bisa diperbanyak. Jadi, pemilik tidak usah khawatir kehabisan stok stem cell.

Saat ini, penyimpanan darah tali pusat sudah bisa dilakukan di Indonesia. Biaya pengambilan darah, pemrosesan, dan penyimpanan untuk tahun pertama memakan biaya Rp 9 juta. Sedangkan biaya penyimpanan per tahun berikutnya Rp 1,5 juta. Pemanfaatan cord blood bank sama dengan asuransi kesehatan di masa depan, karena bila sewaktu-waktu dibutuhkan, manfaatnya bisa diambil. (YL)