22 Mei 2008

Milad

“Assalamualaikum Kak. Hari ini Kakak milad kan? Kudoakan semoga sisa hidup Kakak berkah dan berakhir dengan khusnul khotimah” Itu isi sms darimu setahun yang lalu Dik. Sama seperti isi smsmu ditahun-tahun sebelumnya. Isi sms yang selalu kutunggu disetiap tanggal yang sama disetiap tahun. Dan malam ini kembali aku merindukan sms itu.Tetapi semakin kutunggu, aku semakin sedih. Dan airmatakupun semakin tumpah. Aku tahu, ucapan penuh harapan itu takkan pernah kubaca lagi.Takkan ada lagi sms di tengah malam.Bahkan takkan pernah lagi ada bentuk perhatianmu yang lain Dik. Astagfirullah!Akan sanggupkah aku?

Terpampang pengumuman di dinding kantin kampusku.Bagi coasisten yang ingin ikut menjadi tim medik pada penutupan Ospek Fakultas Elektro, ditunggu kehadirannya paling lambat jam 14.00 WIB. Aku terpana. Baru kemaren aku mulai memikirkan, bagaimana cara memastikan kamu akan baik-baik saja di acara itu Dik, karena sebagai salah seorang mahasiswa baru di Elektro, aku sangat khawatir kamu akan digojlok habis-habisan oleh senior-seniormu. Sekarang Allah memberi jalan. Aku bisa ikut melihatmu dengan bergabung sebagai tim medis yang akan bertugas sebagai P3K di penutupan Ospek fakultasmu.

Sampai malam di perkemahan, kamu belum tahu kehadiranku. Aku bangga sekali melihat ketegasanmu sebagai ketua regu. Terkadang aku ketawa sendiri melihatmu terkena hukuman seniormu karena kekonyolan yang kamu sengaja. Sama dengan kekonyolan yang sengaja kamu lakukan untuk mempermainkanku di rumah kontrakan kita.
Pagi hari ketika lari pagi, aku sengaja berlari kecil di sebelahmu. Dan dengan berpura-pura sebagai seniormu, aku membentak menyuruhmu berlari cepat-cepat. Matamu seakan keluar ketika melihatku.

“Kenapa Kakak ada disini?” Tanyamu bisik-bisik takut ketahuan orang lain. Aku menunjukkan palang merah di lengan atas sebelah kiriku.

“ Dasar….” Katamu menggerutu.” Kakak pasti tak percaya melepasku pergi. Akukan laki-laki Kak.Aku bisa habis dikerjai senior bila tahu Kakak ada di sini!” Mulutmu mulai cemberut.

“ Terus lari”. Kataku.” Mereka justru akan tahu kalau kamu diam begitu”.Ujarku menarik tanganmu agar berlari lagi. Kamu tersenyum nyengir, seakan tahu kulakukan semua karena sayang padamu.

Sejak pagi itu, aku selalu memperhatikan, kamu selalu mencuri pandang ke kemah P3K tiap ada kesempatan. Barangkali kamu ingin memastikan aku baik-baik saja. Ya….., kita memang selalu saling menjaga Dik!.

Jilbab dan bajuku basah kuyub.Payung yang kupakai seolah tak mampu menahan derasnya hujan. Arloji di tanganku nenunjukkan jam 21.45 ketika aku mengetuk rumah kontrakan kita. Wajahmu tegang ketika membukakan pintu.

“ Kakak darimana malam-malam begini?” Semprotmu garang. Sambil berlalu ke kamar mandi aku menyahut“ Ada tugas yang belum selesai di rumah sakit Dik, dan harus dikumpulkan besok”.

“ Kakakkan bisa menelponku, biar aku jemput” Katamu lagi di balik pintu kamar mandi. “ Tanggung. Lagian hujan. Besokkan kamu juga ujian. Nanti aku malah merepotkan”.

Kamu terdiam. Hening. Keluar dari kamar mandi, aku kaget. Ternyata kamu masih berdiri di sana.

“ Aku adikmu Kak, dan aku laki-laki. Aku khawatir kakak naik angkutan kota malam-malam begini. Kalau terjadi apa-apa aku bilang apa sama mama dan papa?” Tanyamu ngotot. Wajahmu merah padam. Aku tahu aku sudah tak boleh menentangmu lagi kalau sudah begitu.

“ Maafkan Dik! Lain kali kakak akan minta kamu jemput kalau terlambat lagi. Jangan marah ya!”
Di kamar saat mengeringkan rambutku yang basah, air mataku menetes. Aku terharu. Betapa aku sudah dikaruniai seorang adik yang menyanyangiku. Alhamdulillah……….

Surat keputusan itu menyatakan bahwa sebagai dokter baru aku di tempatkan PTT di sebuah kota kecil di salah satu Propinsi di Sumatera.
“ Aku akan ikut mengantar kakak kesana” Ujarmu ketika membaca surat itu.
“ Kakak pergi berombongan Dik, Ada teman-teman yang lain”.Kamu menggeleng.
“Aku nggak peduli Kak, mama dan papa pasti tidak keberatan aku pergi mengantar kakak, Biar saja biayanya kita tanggungsendiri”.

Entah bagaimana caranya kamu bicara di telpon dengan mama dan papa, yang aku tahu setelah itu orang tua kita yang berada di Makasar sana, ikut mendesakku agar mau diantar ke tempat PTT olehmu.

Jadilah akhirnya kita berangkat ke tempat tugas pertamaku. Kamu menjadi anggota tambahan atas biaya sendiri. Teman-temanku sepanjang perjalanan mengejekku“Gila…., satpamnya setia setiap saat oi!”.

Tapi Dik, terus terang aku senang. Aku merasa Allah begitu baik padaku. Sementara teman-temanku yang lain susah payah mengangkut barang sendiri, aku malah bingung harus bagaimana. Karena semua bawaanku kamu yang bawa. Aku seorang kakak yang membuat iri orang lain.

Istrimu menelepon.Katanya kamu sakit,dan sekarang sedang dirawat haemoglobinmu 3. Aku terkejut bukan main. Sebagai tenaga kesehatan aku tahu betul artinya itu. Istrimu juga bilang bahwa kamu sudah ditransfusi, tapi belum ada perbaikan yang bermakna.

Aku ingin segera mendampingimu. Rasanya saat itu juga aku ingin terbang dan melihat keadaanmu. Tapi jarak yang memisahkan kita tidak memungkinkan untuk itu. Aku harus menunggu dua hari lagi agar ada orang yang menjaga anak-anakku selama kepergianku menjengukmu. Selama itu aku tidak bisa memejamkan mata. Aku menelepon terus menerus menanyakan keadaanmu.

Malam hari sebelum aku berangkat menjengukmu, tepat jam 21.00 WIB, telepon di rumahku berdering. Adik kita meneleponku. Suaranya di ujung sana serak. Dadaku sudah berdentum keras.
“ Kakak berangkat besok habis subuh Dik! Ujarku terbata, “ Dia tidak apa-apa kan?”
Suara adik kita tercekat.
“ Abang sudah pergi Kak ! dia sudah mendahului kita”.Aku terjerembab
Tangisku memecah malam. Aku meraung. Aku baru saja bersiap menemuimu Dik. Tapi kenapa kamu sudah pergi duluan? Kenapa kamu tidak menunggu?. Kenapa selama ini kamu tidak pernah mengeluh sakit? Kenapa kamu meninggalkanku seperti ini? Aku kakakmu, ingat!!! Astagfirullahhalazim, gapaian tangan anakku di pergelangan tangan kananku mengingatkanku ke dunia nyata.

Innalillahiwainnailaihirojiun….


Adikku sayang…..
Kepergianmu menjadi titik balik bagi kehidupan spiritualku. Kepergianmu menjadi pelajaran berharga bagiku. Betapa hidup dan mati itu batasnya hanya samar-samar. Kamu yang masih muda saja bisa pergi begitu cepat, tanpa pertanda. Entah kapan aku atau orang-orang disekitar kita.

Sekarang, meskipun terluka dalam rasa kehilangan akan dirimu, aku tahu bahwa aku harus berusaha ikhlas melepaskanmu. Aku harus percaya Allah telah memilihkan tempat terbaik untukmu. Dia telah memilihmu melangkah terlebih dahulu di gerbang keabadian.


Dulu kamu pernah bilang,” Kak, di hati kita ada tempat yang terisi oleh orang-orang yang istimewa bagi kita “. Sekarang kusadari, kamu orang istimewa itu di hatiku. Setiap mengingatmu, air mataku selalu tumpah. Disetiap shalatku aku selalu memohon, “ Ya Allah, ampuni dosa adikku. Berikan dia tempat yang layak di sisimu. Masukkan dia ke sorgamu ya Allah. Dan berikan kami yang masih hidup kemampuan dan kesanggupan untuk menjadi perpanjangan tanganMu dalam menjaga kedua anak yatimnya.Amin…..”.(YL)

Bandung, 18 Januari 2007


Mengenang adikku tersayang Septi Nurtian. Semoga sikapmu menginspirasi para pemuda Untuk selalu melindungi saudara perempuannya.